skip to main |
skip to sidebar
Diposting oleh
Unknown
Jam
10:51
Ratu Oki berkisar pada tahun 1644 sampai 1683. Waktu itu, terjadi perang
yang hebat antara anak suku Tombatu (juga biasa disebut Toundanow atau
Tonsawang) dengan para orang-orang Spanyol. Perang itu dipicu oleh
ketidaksenangan anak suku Tombatu terhadap orang-orang Spanyol yang
ingin menguasai perdagangan terutama terhadap komoditi beras, yang kala
itu merupakan hasil bumi andalan warga Kali. Di samping itu kemarahan
juga diakibatkan oleh kejahatan orang-orang Spanyol terhadap warga
setempat, terutama kepada para perempuannya. Perang itu telah
mengakibatkan tewasnya 40 tentara Spanyol di Kali dan Batu (lokasi Batu
Lesung sekarang – red). Naasnya, di pihak anak suku Tombatu, telah
mengakibatkan tewasnya Panglima Monde bersama 9 orang tentaranya.
Panglima Monde tidak lain adalah suaminya Ratu Oki. Menurut yang
dikisahkan dalam makalah itu, Panglima Monde tewas setelah mati-matian
membela istrinya, Ratu Oki.Menurut P.A. Gosal, dkk., dalam masa
kekuasaan Ratu Oki, anak suku Toundanow (sebutan lain untuk anak suku
Tombatu atau Tonsawang) yang mendiami sekitar danau Bulilin hidup
sejahtera, aman dan tenteram. “Atas kebijaksanaan dan kearifannya
memimpin anak suku Toudanow maka Ratu Oki disahkan juga sebagai Tonaas
atau Balian. Selama kepemimpinnan Ratu Oki, Spanyol dan Belanda tidak
pernah menguasai atau menjajah anak Toundanow,”
Perang Minahasa lawan Spanyol
Para pelaut awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur
dengan masyarakat. Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa,
sehingga keturunan mereka menjadi bersaudara dengan warga pribumi.
Tahun 1643 pecah perang Minaesa Serikat melawan kerajaan Spanyol. dalam
suatu peperangan di Tompaso, pasukan spanyol dibantu pasukan Raja Loloda
Mokoagouw II dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat
Minaesa, dikejar hingga dipantai tapi
Tahun 1694 dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda
Mokoagouw II dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat
Minahasa, dikejar hingga ke pantai tapi dicegah dan ditengahi oleh
Residen V.O.C. Herman Jansz Steynkuler. Pada tahun 1694 bulan September
tanggal 21, diadakanlah kesepakatan damai, dan ditetapkan perbatasan
Minahasa adalah sungai Poigar. Pasukan Serikat Minaesa yang berasal dari
Tompaso menduduki Tompaso Baru, Rumoong menetap di Rumoong Bawah,
Kawangkoan mendiami Kawangkoan bawah, dan lain sebagainya.
Pada pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih
otonom tetapi lama kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi
dengan diangkatnya raja menjadi pejabat pemerintahan Belanda, sehingga
raja tinggal menjadi pejabat wilayah setingkat 'camat'.